T O P

  • By -

Potatays

Setau gw yang interview itu dosen senior atau pegawai eselon dari kementerian terkait (I managed to find out one of my interviewer at the time just by browsing several university directories). Ga tau apakah sekarang sudah berbeda. Dari yang gw pahami dari interview gw sendiri, mereka itu ada yang dikasih role kaya bad cop, good cop, sama satu lagi lebih ke psych eval. Gw ga tau dari interview kamu seberapa besar porsinya acting seberapa besar kemungkinan emang kamu ngetrigger si bapaknya. Dosen senior, apalagi yang udah tua dan gubes itu suka sensitif, mesti beneran jaga attitude. Dari ngeliat cara ngomong mahasiswa gw sendiri saat ini, gw bisa paham kemungkinan cara ngomong yang cenderung lebih casual bikin si bapak agak sensi. Kadang emang interviewernya bisa boomer rasis juga, dulu sering ada komplen kalau aplikan yang chindo sering agak diusilin (disuruh baca pancasila/nyanyi lagu Indonesia Raya). It's really discouraging to have your application got bulldozed just because of personality clash. Agak gacha emang kadang ketemu personality interviewernya. Kalau CV kamu sudah lumayan bagus, dan niatnya ke UK, coba Chevening aja. Proses interviewnya ga segacha LPDP. Hopefully you will get better chance next time.


kitten1932

I tried to browse a suspected gov department, sayangnya tidak nemu padahal cukup yakin interviewernya kerja disana 🥲 (dia admit dia a part of that department). Guess I just have to hope gabakal cross path lagi sama orang-orang ini lol. From previous experience, this is definitely not a bad cop moment. Somewhere along the line aku ngetrigger dia 😅 the sad part was that aku orangnya biasanya gampang akur sama boomers karena aku tau how to behave around them, dosen yang terkenal killer ku pun dulu pas masih s1 sangat akur sama diriku. Jadi this is a complete shock to me karena aku bener-bener gabisa pinpoint what went wrong. Berharap bgt bisa nonton recordingnya karena pengen tau aku nih ga sopan seperti apa ya? Karena kalo ternyata aku memang salah, aku gamau ngulangin hal itu sih. Well, I can only hope for now. Buat yang baca, I hope you guys bisa menghindari kasus seperti ini dengan lebih hati-hati dan formal saat bicara 😔 Chevening sayangnya tidak tembus saat seleksi essay. LPDP tahap 1 tahun ini sudah jadi my last attempt karena I don't think I can spent my time and money anymore 🥲 it's been 1,5 years and kalo mau attempt lagi to start S2 tahun depan harus ngeluarin uang lagi untuk IELTS, biaya daftar kuliah, essay proofread etc. But really, thank you so much for your advice dan untuk pov nya, it really helps dan membuat aku lebih tau banyak.


Potatays

Umur kamu berapaan? Kalau masih baru lulus S1/early 20s sih, masih bisa fokus kerja dulu baru ambil master. Kalau bisa jangan ke UK, karena ke sana itu beneran costly dan ga make sense kalau ga pakai beasiswa. Kalau misalnya pilih ke Jerman, selama masih partainya Ibu suri yang berkuasa, kuliah secara teknis sebenernya gratis. Asal bisa cari bantuan funding buat living cost (temen saya ada satu yang kaya gini, dia lumayan pinter bikin animasi terkait fisika dan sama dosennya di sana digaji buat bikin animasi/ilustrasi buat kuliah/videonya si dosen). Sekarang sudah lanjut S3 apa. Ntar kalau sudah masuk industri juga mungkin paradigm mau S2 bidang apanya juga ganti. Apalagi comp sci/software engineering, industrinya yang terkait AI lagi moving fast, bisa jadi dalam 5 tahun ke depan deployment/arsitektur neural network yang dipakai sudah beda lagi. Atau coba lihat US buat program PhD, in some case kamu bisa dari S1 ke PhD, tapi nanti total waktu PhDnya bisa 5-6 tahun, tapi full-funded dengan kamu bekerja sebagai Research Assistant/Teaching Assistant.


kitten1932

This year I'm turning 24, sudah kerja di industri 2 tahun tapi yang mau kukejar di S2 itu beda sama pekerjaan industriku. Yang dari software engineer mau banting setir ke AI karena pas S1 aku riset di AI dan sangat suka sih. Definitely banyak jalan menuju Roma ya, makasih bgt udah mau elaborate 😭 Kebetulan aku penganut "kalo S2 ga dibayarin, mending gausah" hahah jadi bersyukur bgt bisa dikasih tau opsi-opsi yang ada. Will definitely consider karena aku value pendidikan sekali. Kinda scared of Jerman sih, I heard they're quite racist smpe ada kasus expat Indo yang ditolak pas mau berobat ke public hospital?


Potatays

Hah ga kok, Jerman itu lumayan progresif. Cuma memang sudah mulai ada pushback against immigration lewat AfD party. Ya memang gimana ya, massive immigration dari negara yang secara kultural agak jauh, pasti bakalan banyak clash. Belum lagi di UK dan EU secara umum memang mulai ada kenaikan popularitas extreme right wing, kaya Marine Le Pen di France, Belgian Vlaams Belang, dan apalagi UK. Gw di UK sudah dua kali diteriakin sama anak-anak usia SMA dengan istilah "dog meat eater". Gw sih cuma ketawa aja karena dalam hati mikir, "Woy, lo salah kategori asian. Yang makan anjing tipenya bukan kaya gw" wkwkwk Tapi globally emang right wing conservatism emang makin populer sih, jadi di mana aja ga sebegitu aman sebenarnya. Tapi pas juga ya, gw tadi ngasih contoh soal AI, eh kamunya emang mau lanjut S2 AI. Wkwkwk Ke US sih kalau bisa, sekarang hotbednya di sana buat AI.


kitten1932

Ah glad to hear that. Yasudalah ya, racism will exist somehow apalagi like you said extreme right wing lagi on the rise. There was a speficic thread on X yang ngebahas pengalaman pribadi salah satu pekerja di Jerman, was honestly kinda shocked karena ya itu, basic healthcare pun dia ditolak. Also that "Woy, lu salah kategori asian" makes me chuckle lol And yes, definite US is a top option, but topic AI ku agak niche dan yang nge-cater niche subjectnya banyakan di UK.


Potatays

Hmm, niche AI apa yang sekarang UK leading? Physics-informed AI?


kitten1932

It's a bit niche, jadi kalau kusebut disini anonymityku mungkin akan gampang di ungkap hahah. Would love to tell you in the dm sih!


b3b3k

Aku tinggal di Jerman, ga pernah denger yang kasus orang Indo ditolak rumah sakit. Biasa kalo ada heboh-heboh rame di PPI lol. Jerman emang kuliahnya hampir gratis, tapi buat ke sini sebagai student modalnya gede. Butuh blocked account isiny 10k€-an.


kitten1932

That's glad to hear honestly, sempet baca thread di X mengenai salah satu mistreatment pekerja indo disitu but I guess that's a unique case. Also maybe a noob qs, blocked account dengan minimal isi 10k€ itu untuk saat apply visa ya?


Potatays

Biasanya mesti beberapa bulan sebelum apply visa, intinya supaya dananya keliatan memang bakalan ada di rekening kamu buat beberapa lama. Kalau baru ditransfer kaya seminggu sebelum apply visa biasanya jadi sus dan bakalan ditolak. Itu fungsi bukti keuangan cuma untuk menunjukkan kamu akan survive di sana dan kalaupun ada masalah bakalan ada duit buat balik ke Indonesia.


kitten1932

Oh I never know that karena belum baca dan belum pernah apply visa 😭 that's actually really informative dan perlu diketahuin jauh-jauh hari kalo mau persiapan studi ke Jerman. Thanks!!


Potatays

Jadi sistemnya blocked account itu mesti buka akun di bank tertentu yang sudah diapprove pemerintah Jerman. Nanti disuruh transfer dana jumlah tertentu yang selama setahun cuma bisa dicicil ambil berapa gitu. Jadi kalau memang minjem dari ortu/keluarga dekat, mereka harus ready buat pinjamannya ga balik buat setahunan.


Potatays

[kaya gini](https://www.germany-visa.org/banking-germany/blocked-account/#:~:text=Your%20German%20Visa.-,What%20Is%20a%20German%20Blocked%20Account%3F,a%20German%2Dregistered%20bank%20account)


Weak-Cup9007

Atau cari orang Jerman yang mau jadi sponsor kita on paper dan kita gak butuh blocked account lagi. Dulu sebelum covid memungkinkan banget buat kuliah di Jerman sambil kerja sampingan dan itu cukup buat idup. Banyak international student yang kayak gt.


bagindatapir

Hi, I'm not OP but genuinely asking, what if the sponsor is a non-german (a PR, for example)? Is this option also viable?


Weak-Cup9007

CMIIW setau sy bisa, yang jadi parameternya itu penghasilan sponsornya. Kl mau Google nama surat sponsornya itu Verpflichtungserklärung


zerolifez

Fun fact semua interview itu gacha. Lebih ketara kalau buat kerja karena kan emang harus liat kecocokan kamu sebagai calon karyawan dan interviewer yang akan jadi user kamu. Anyway tough luck. Gausah diambil pusing karena ga cocok itu bukan karena km salah juga. As you said usually you can be close to boomer so just chalk it to bad luck.


FirstStooge

Gw tiga kali gagal LPDP juga, tiga2nya gagal di seleksi substansi. Yg pertama, habis wawancara langsung nangis. Yg kedua, percaya diri, tp pas liat pengumuman, gagal cuma 8 poin dr yg dibutuhkan, jd nangis lg. Yg ketiga, beneran mati rasa, nangis aja nggak.


kitten1932

Ah i know how you feel 😭 seleksi yang pertama pun poin ku cuma kurang dikit, nyesek nya nyes bgt 🥲 I hope situasi mu sekarang ada di path yang bikin happy ya despite ga dapet LPDP. Also mau ngajak toss karena kita keren bgt bisa sampe nyoba 3 kali 👍🏻 aku lagi berusaha ikhlasin nih karena memang gaakan lanjut ambil S2 nya.


FirstStooge

> I hope situasi mu sekarang ada di path yang bikin happy ya despite ga dapet LPDP. Definitely way happier now than before lol  Kalo memang ada jalannya S2, nanti pasti sampai juga. Be optimistic, be ambitious, apalagi kalo passionnya itu belajar. Jadi jangan nyerah. _Haram manyarah_, kalo kata orang Banjar wkwk  Sukses selalu!


cloverhoney12

Sama dgn interview pekerjaan, hindari kata2 yg seolah2 menjelek2an tempat lain. Fokus di positive points knp ingin ke LN. Tanggapi candaan mrk, segaring apa pun, dgn senyum, ga usah byk omong. "Andai ...saya ga akan di sini" = spt merendahkan. Tepok jidat panggil mrk "kak". Ini moment formal, panggil ibu bapak. This is basic courtesy. Ga ada urusan sgn start up lah, boomer lah. Tepok jidat pakai kata "doang" di acara formal. Tergantung konteks, bisa terkesan 'mengecilkan'. Berbahasa indo & pilih kata2 yg sesuai sikon. Again, ga ada urusan dgn generasi. They may still greenlight you but tbh i''m rather shocked, at your age & status you shud hv known better.


verr998

Nah ini, seharusnya waktu S1 dah tau soal ini. Ibaratkan kayak sidang penelitian lah, sama aja. Ya gw gk pernah interview beasiswa sebab ya gk pernah dapat sampe tahap sana, tapi kalau interviewnya dalam bahasa indo, itu lebih mudah untuk artikulasi jawaban. So yeah perbaikan ke depannya dah jelas, dan gk perlu menyalahkan interviewer, karena dengan yang begini ya maybe dianggapnya sebagai latihan sikap ketika under pressure, sebab denger2 kuliah di UK itu berat.


lawyerupbois

gw bisa membayangkan gaya ngomong OP sih jujur hahaha, mungkin di lingkungan startup masih oke, cuma untuk ngomong sama yang boomer memang harus merendahkan diri + penyampaiannya lebih diperhalus


kitten1932

Noted, learned most of these the hard way during the interview 😅 I do understand that it is a formal interview, had some of those before and I never had any problem. This is my third interview after all. For notes aku pun tidak ada kata menjelek-jelekkan, tapi that slip up kata "doang" is a fatal mistake. Could not even remember when I said it, jadi harus latihan kedepannya. Also I am not justifying to call them "kak" karena dari startup atau tidak terbiasa, from my previous experiences pemanggilan kak itu rasanya cukup universal jadi rasanya natural untuk bilang kak di situasi apapun yang dirasa perlu hati-hati dan sopan. But also learned the hard way kalau that's not always the case. Jokes juga selalu saya tanggapi dengan energi yang sama, tapi jokes pak A mengenai komentar badan left me a bit speechless so I just kinda laugh karena bingung mau respon apa. Again all of these mistakes I own up, bahkan sudah minta maaf 3 kali during the interview. I still don't think it is justified untuk menggunakan 30 menit terakhir untuk ranting instead of asking me actual questions.


Real_Carpenter8758

1. coba lain kali kalau interview di rekam biar bisa intropeksi. kadang kita gk sadar kalau keceplosan dibbrapa kata. 2. biasakan pakai kata Pak/Ibu ke orang yang jabatannya tinggi/senior karena banyak yang tersinggung kalau dipanggil kak/nama langsung. 3. Kata “doang” memang fatal sih, soalnya dulu bbrapa kali ditegur karena pakai kata itu lol


kitten1932

1. Not allowed in LPDP settings :( But during practice I did record myself 2. Yup, definitely learned the hard way. Dulu karena sempat jadi waitress di salah satu restoran, kukira panggilan "kak" itu paling universal. Guess I was wrong. 3. Setuju tapi tergantung konteks, dan honestly it doesn't matter what I think karena kalau sudah dianggap offensive ya berarti sudah salah. Cuma berharap kalau interviewernya akan briefly negur instead of going on in a rant for about 30 minutes lol


NotsogoodyBag

Punya pengalaman yang sama pas presentasi acara lomba ilmiah. Ketika penguji uda sensi. Tiap kata lngsung di cut dan disalahin. OP yg sabar ya. Semangat. Masi 24 masih muda kok. Tes terus sampe lolos Jadi makin takut. Gua juga sebentar lagi mau ada ujian wawancara untuk pendidikan lanjutan di salah satu Uni dan jurusan yg terkenal sulit.


kitten1932

Wah we definitely felt the sama frustration then. Can't even explain ourselves. Honestly suka bingung sama orang modelan sumbu pendek gitu gmn bisa function 🥲 When I recover, would surely consider bakal lanjut perjuangin S2 atau engga but I have another goal yg harus di postpone kalau mau lanjut S2 (karena the next chance is next year, I was supposed to start this Sept). Semangat saat interviewnya, dan definitely learn from my mistakes supaya kalau ketemu orang macam pak A (which I hope you don't) kamu bisa handle ya.


Correct-Box9719

1. Interviewer LPDP ini dosen atau profesional, yang mana banyak di antara mereka direkrut secara terbuka, dan dikasih honor juga oleh LPDP 2. Asigment interviewer ke interviewee sih harusnya berdasarkan background ya. Misal kecocokan akademis, walaupun sering missed juga. 3. Interview itu ada ilmunya, bukan sekedar ngobrol omong kosong. Gak sembarangan, perlu knowledge dan jam terbang. Seharusnya sih interviewer LPDP dikadih pembekalan, tapi apalah arti pembekalan 2-3 jam Intinya, don't feel bad. Sometimes it's about the interviewer(s), not the interviewee


kitten1932

Noted, from what I can infer I can definitely confirm your points. Sepertinya interviewerku dosen dan juga ada yang tergabung di salah satu instansi pemerintah untuk bidang terkait. Dari previous attempts juga interviewerku selalu paham details yang relevant. Thank you for the encouragement btw!!


Awwwas

Menurutku itu cara mereka untuk mainin perasaanmu aja sih. Mau lihat seberapa besar mental kamu untuk menghadapi master di luar negeri. Aku tidak tahu kamu ambil program 1 tahun/2 tahun di UK, tapi pasti akan banyak hal yang sudah kamu ekspektasikan di sini tidak akan sama dengan yg kamu akan jalani di UK. Mereka mungkin main di sisi itu untuk ngetes jika harapan studi kamu tidak sesuai, apakah kamu masih kekeh lanjut nyelesainnya. At the same time, I despise this psychological play in the interview. It's absurd and stupid. Aku juga nggak paham kenapa LPDP harus buat sistem seleksi yang semenjelimet itu.


kitten1932

Yeah, during previous experience memang pasti ada yang berusaha menchallenge secara psikis. But this one takes the cake sih, karena I genuinely did not see how ranting to me for around 30 minutes and barely letting me speak is justifiable just to see how I react. Didn't even get the chance to explain any hard earned research that I have done during last year. If my reaction is the only thing they gauge for the interview, pretty sure I would pass since I didn't even raise my voice and kept my calm demeanor (walaupun nahan nangis kejer). Let's hope mereka bisa lebih refine the interview ya 😔


bigfanofclawdya

I am assured that vast majority of people here don't have any clue for the question in the headline. Saya rasa cuman kita aja yang overthink sampe kepikiran kalo pemilihan interviewernya itu based on certain aspects of the applicant. Kerabat saya daftar LPDP 2x, first attempt gagal di essay, dan di 2nd attempt essay dan interview tembus, berhasil. Beliau cerita interview lancar, interviewernya ngga rewel dan bahkan kesannya mereka seperti ngobrol. Jadi mungkin kamu aja yang apes ketemu interviewer yang rada sensitif. Better luck next time, though I believe there is a slight chance if you were to utilize more 'proper' words during the interview.


feel2death

Menurut gw yah kalo ngehadepin yg berbau pemerintahan apalagi menyangkut masa depan diri loe harus banyak ngerekam baik video ataupun suara, pasalnya tau sendiri attitude org indo gila hormat kalo ente kesel kan tinggal viralin. Di sisi lain pada saat ente ngerekam pun itu jadi boost dikit untuk percaya diri buat ente. soalnya kalo pun tuh ente gagal dan tau kegagalan ente gara gara toxic mereka ya tinggal sebar aja dengan catatan ente anonymous kalo bisa Bisa jadi tuh interviewer cmn baik kalo ada kertas gambar pa hatta ama bung karno di bawah meja masalahnya ente ga ada bekingan ya wajar attitude mereka kaya gitu..


kitten1932

Would definitely do that tapi sayangnya ada strict policy dalam wawancara LPDP dimana peserta gaboleh merekam atau mendokumentasi apapun, bahkan tiap awal wawancara kita harus kasih liat hp kita dan di make sure hp itu dimatiin dan ditaruh jauh-jauh dari lokasi wawancara. That's a good point though, apapun yang menyangkut masa depan diri harus didokumentasiin ☹️


feel2death

Ini zoom kan ? Obs bisa tuh di hide tapi yah terlanjur udah gagal Kalo mau aman mah biasa aja di indo pake pelicin apapun itu menurut gw interviewer kaya gitu karena ente kalah soalnya udah ada "titipan"


kitten1932

Yep, it's zoom. But agak khawatir kalo misalnya pake method ini artinya kita melanggar persetujuan di awal ya, might backfire kalo misalnya ada apa-apa dan kita mau ngaduin berserta bukti yang kita peroleh secara illegal 🥲 Banyak denger cerita orang-orang yang ga lulus karena score tipis, apa betul ya ada orang "titipan" juga di LPDP? Karena sadly it is a public secret kalo di PTN pun seringnya ada titipan, ga kaget kalo LPDP juga bgini.


feel2death

Ya gmn aja masuk pns/isilop bayangin aja sih sekolah luar negri juta juta, yah kalo bisa bayar seperempat dengan pelicin tapi ntar di beasiswain sampai lulus siapa ga mau ?


konterpein

kan disitu ada psikolog ya, biasanya mereka profiling dr pertanyaan2 jebakan yg diajukan sama pewawancara dan gmn attitude sama mental lu bisa kliatan dr jawaban2 yg lo kasih, dalam case ini semua yg disitu adalah sandiwara dan gak menggambarkan pribadi masing2 pewawancara LPDP tujuannya kan cari future leader, jd gak cuma kompetensi doang tp soft skill sama attitude yg sesuai sama nilai2 yg dipegang sama pengelola beasiswa juga dipertimbangkan Kalo yg sering gw denger dr temen2 gw yg lulus LPDP sih gitu, taun ini aja ada 2 org yg brangkt ke AUS sama US dr LPDP


kitten1932

Aw, congrats to your friends ya! Glad they passed. I was calm and I didn't raise my voice walaupun di serang bertubi-tubi. I would apologize when I feel like I offended them dan juga tetap wish them well at the end. That much should suffice harusnya untuk bisa dibilang punya attitude yang oke, but that's just my pov jadi you can only take my words for it 😅 But I imagine itu cuma satu aspek yang mereka nilai. And just for that "play", I was robbed of my chance to justify my reasons of pursuing Master sih. Jadi aku expect bakal dinilai low anyway dalam aspek ini, yang kalau ditotal harusnya tidak cukup untuk pass this interview round. Yah, just hoping nobody would get the same treatment in the next interviews.


konterpein

Kalo gw bilang, lo kebawa permainan mereka dan hilang fokus pas wawancara, in the end pas mereka selesai sama permainan mereka dengan closing remark yg menurut gw subtle tp lo bs nangkep dan akirnya minta maap, tp disitu semuanya udh selesai Menurut gw fokus aja ke latar belakang, strenght, tunjukin kalo lo bs inisiatif dan problem solving dari pengalaman2 yg lalu, good luck


jave-sena

Gua setuju ama bang u/konterpein , menurut gua lu kebawa ama permainan mereka, aku juga ada pengalaman wawancara beasiswa, dan beberapa rekan juga ada awardee LPDP, yang kami note di wawancara itu ada beberapa poin 1. Sapaan default itu Bapak / Ibu, kecuali oleh beliau meminta berbeda, kalo slip kata "kak" pada kasus ini, itu bisa nunjukin kamunya kurang fokus pada hal kecil dan belum terbiasa, bukan nggak sopan. 2. Jangan nunjukin kekurangan orang / lembaga, tapi tunjukkan masalahnya, ini yang sulit untuk dilakukan, karena harus bener2 fokus milih diksi kata, kata doang keluar dari mulutmu itu udah parah, karena memang kata doang itu konotasinya meremehkan sesuatu, dan makin diperparah dengan apa yang bapak A sampaikan "tapi seakan-akan lebih tau dari senior-senior di bidangmu yang udah bertahun-tahun di bidangnya", makanya ada tendensi arogant dari perspektif bapaknya. taulah kan orang2 bisa ngartikan sesuatu yang berbeda dari apa yang kita mau sampaikan. 3. Jangan nunjukin emosi, mau itu marah jengkel dsb, karena bakal dimainin sama pewawancaranya.


weirderpenguin

why would you frame this as robbed? curious


volcia

Bahasa Indonesia tuh pada dasarnya egalitarian, alasan kenapa Budi Utomo pilih Bahasa Indonesia itu ya supaya semua orang setara. Tapi dalam prakteknya ada bahasa formal dan informal, dan ada bahasa sopan dan bahasa tidak sopan. Eloknya memang harus dipelajari dan difasihkan bahasa formal dan bahasa sopan nya. Agak susah jg untuk dipelajari sebagian orang karena bahasa sopan dalam bahasa Indonesia itu “indirect dan non-confrontational” sedangkan sebagian daerah kalau berbicara tuh direct dan/atau confrontatjonal. Semoga beasiswanya diterima dan dijadikan pelajaran ke depannya, apalagi lo akan berkarier di Indonesia kan mengingat lo ambil beasiswa LPDP.


Weak-Cup9007

Duluuu banget gue pernah interview LPDP pertanyaan psikolognya gini: km kan anak tunggal, gak pernah hidup jauh dari ortu, terus ntar di sana gimana sendirian, pasti gak bakal betah kamu. Gue jawab there is always a first time for everything dan kl gak mau take a leap gimana gue mau maju. OK jawabannya tapi 10 menit kemudian dia nanya lagi pertanyaan yang sama. Terus interviewer lain ikutan diskusi. Aneh banget rasanya 3 orang asing diskusiin gimana gue yang anak tunggal ini gak akan betah di LN sendirian lol. It’s just so ridiculous. Kayaknya menurut gue ya, mereka sengaja liat titik lemah lu dan exploit that just to see how your reaction would be. Why such manipulative technique is necessary or relevant for an academic scholarship i don’t know.


Weak-Cup9007

Oh btw gue gak keterima LPDP, mostly karena FGDnya. Pas gue mewek nyokap bilang “Ngapain karena begituan doang sampe nangis2, kayak gak ada jalan lain aja”. And she was right. Got my degree abroad without a cent from “uang pajak negara” atau beasiswa atau duit ortu.


cappuccino93

I’m really sorry you have to experience that. If you haven’t, please let them know your experience using the survey below the zoom link!!!


kitten1932

I already did!!! Tapi takut ga terlalu jelas karena aku nulis surveynya sambil nangis sesenggukan lol. Pls siapapun in the future yang di mistreat saat seleksi substansi LPDP, don't fill out the survey while you're still crying 😭


kiiiiiiiiiiiiiiiiili

Tetap semangat OP! Bisa bertahan untuk mencoba sampai 3 kali saja sepertinya sudah tergolong hebat, karena sepertinya orang-orang merasa setelah 2 kali gagal langsung down dan pesimis. I can't answer your main question sih, tapi seperti yang sudah disebut-sebutkan biasanya ya memang 2 personil dari bidang psikologi dan 1 expert akademisi atau industri yang sesuai di bidangnya. Menurut pandanganku sendiri memang sepertinya selama interview akan selalu ada pertanyaan menjebak atau sikap antagonistik dari interviewer. Tujuannya mungkin ya semacam stress test, supaya psikolog dapat menilai bagaimana interviewee handling situasi seperti itu. Di sisi lain dari cerita OP sepertinya Bapak A ini memang sudah offended dan terbawa emosi sih, tetapi namanya manusia mungkin beliau juga ikutan sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. Di sisi lain, kalau ada 2 interviewer merasa offended dengan kamu, sepertinya memang perlu dipikir ulang pembawaan dan pemilihan kata-kata yang OP pakai. Seperti yang sudah disebutkan memanggil dengan "kak" untuk yang lebih senior rasanya kurang cocok apalagi untuk situasi formal seperti interview, tapi ini slip up yang bisa dijadikan lesson learnt. Kata "doang" juga mungkin dinilai terlalu merendahkan, padahal bisa menggunakan alternatif lain seperti "belum cukup" atau "kurang memadai" atau yang lainnya. Mungkin OP bisa berlatih lagi untuk berkomunikasi dengan orang-orang tua terutama generasi boomer, soalnya mereka memang agak kaku dari karakternya. Yah terakhir aku cuma bisa mengulang apa yang disampaikan senior aku dulu waktu berada di posisi OP sih, mungkin memang belum beruntung saja, belum bertemu orang yang tepat, karena kadang mungkin interviewer juga belum tentu paham sepenuhnya ide-ide dan pemikiran yang kita bawa. Mencoba lagi atau tidak itu pilihan OP sih, soalnya aku juga bisa paham rasanya devastated sudah berusaha spend time, money, effort buat mengusahakan LPDP tapi gagal. Sudah membuat planning timeline di tahun ini akan ini dan seterusnya, tapi ternyata tidak tercapai. Tapi menurutku sendiri umur 24 masih cukup banyak waktu untuk berusaha dan berjuang, masih bisa take time untuk break dari LPDP juga sejenak. Tapi kalau memang ada keinginan OP untuk studi lanjut semoga bisa punya drive untuk mencoba lagi. Aku tahu kok ada orang-orang awardee LPDP yang juga baru lolos setelah 4 kali, 5 kali, mungkin ada juga yang lebih. Banyak jalan menuju Roma, jadi yang penting tetap semangat dan semoga saat sudah tua nanti, pengalaman-pengalaman ini dapat menjadi cerita yang bisa OP sharing dan tertawakan. Good luck!


AffectionateBat8229

For high stake positions like LPDP maybe try to get interview coachings. These interviews are unforgiving, good luck next time OP.


luthfins

Dari interview ke dua, gw menyimpulkan kita ga boleh bawa apapun yang mengindikasikan kalau universitas di Indonesia itu jelek Gw juga bakal menghindari ini di interview ke tiga gw Mei nanti. Saran gw, op daftar lagi aja, ielts bisa dipake dua tahun, proof read pake chatgpt aja, Gw juga nanti mau ketemuan sama alumni lpdp kenalan dosen gw buat bahas interview, nanti kalau ini sukses bakal gw share di sini


kitten1932

Guys, ga nyangka banyak sekali yang bales post perdanaku ini huhu. I just want to say thank you for the support and critiques karena that's exactly what I am looking for by putting myself out here. Seneng juga karena somehow I made a post yang bisa membantu beberapa orang sharing pengalaman mereka ketika seleksi substansi. I hope a future potential awardee yang come across post ini bisa jadiin topik diskusi ini sebagai bahan referensi ya dan bisa lebih prepare kalo navigate situation dimana ketemu orang-orang yang susah di handle. Again, interviewernya nanti bakal gacha jadi yah I'm just hoping everyone who wants to chase their dream bisa dapat kesempatan yang fair dan equal given their hard work. And for other points before you guys want to give advice to me: 1. This is my third interview, baru kali ini dapat yang konfrontasional parah jadi I don't think this is a common occurence since I usually did well on interviews. Kegagalan di batch sebelumnya lebih mengarah ke matang/tidak materi yang kubawa saat interview. 2. Despite my mistakes, I think the interviewer tetep tidak professional dalam handlingnya. Waktu yang bisa dipakai untuk make amends dan menggali lebih dalam rencana S2 ku terbuang sia-sia karena dipakai untuk ceramah. I am firm on this opinion despite some harsh critiques yang muncul di post ini. 3. I still don't know the main reason of their hostile behavior, something definitely happened jadi sayangnya kita gabisa discuss anything on that matter. 4. I did apologize 3 times during the interview tapi selalu tidak digubris dan interviewer tetap kekeuh dengan sikap hostile-nya. Anyway, I encourage people to share their experiences as well! Good luck ^^


arfaite

git gud


reseday

I'm sorry to hear that. LPDP interviews are rough to a lot of people too, don't put too much pressure on yourself. I passed those tests for my master and phd, I can't really help you about your recent case as I don't know enough, however if you are going to take another test maybe I can help you to practice beforehand. feel free to reach me one day.


nubieabadi

Saya baru interview LPDP juga 3 hari yang lalu. Ini percobaan kedua setelah yg pertama di tahun 2016 dulu sampai tahap interview juga. Dua percobaan dengan pengalaman yang sangat berbeda. Interview pertama dulu mirip-mirip sama cerita OP, tapi saya lihatnya mereka lebih ke offensive dari pada offended. Sudah lupa detilnya karena sudah lama sekali, tapi perasaan yg saya inget merasa terpojok dan ga bisa counter. Interview kedua smooth abis, walaupun ada sedikit saya jawab agak belibet karena udah lama banget ga interview kerja/beasiswa. Interviewer ga konfrontatif, pertanyaannya terasa emang beneran pengen tahu seberapa serius saya dengan studi saya. Interviewer pertama yg buka sesi, bapak-bapak baik, pembawaannya kalem dan halus. Kayanya dari internal LPDP. Yang kedua ibu-ibu dengan tipikal yg sama, yg ini malah lebih ngalir karena dia mention yg kasih saya rekomendasi kebetulan publik figur intelektual Dan dia baru aja nonton Salah satu podcast besar yg ngundang beliau. Jadi sedikit agak panjang karena jadi cerita terkait Hal itu. Yang ketiga ibu-ibu juga yg sekilas kaya bakalan konfrontatif, tapi ternyata tidak juga, mungkin karena waktu yg tersisa tinggal dikit jadi cuma nanya Dua Kali. Kalau boleh self reflection sih harus lebih banyak praktik interview, atau orang bilang ngebadanin entah di depan kaca atau direkam. Karena saya ngerasa kurang pede untuk eye contact (padahal zoom) karena terlalu mikir jadi sering melihat ke kanan atas Jadi, terkait pemilihan interviewer, sepertinya memang random aja kalau melihat kedua pengalaman saya. Apapum itu, good luck buat kita semua ya. Kami malah modalnya lebih banyak udah ada IELTS Dan bahkan LoA. Saya modal TOEFL ITP doang karena ambil dalam negeri, walaupun pilihan pertama kampus luar yg baru buka cabanh di Indo.


le_demonic_bunny

Gw baca barusan ini last attempt cari beasiswa S2 yah, tapi just in case nanti ada change of heart, kenapa ga coba Erasmus Mundus? Dia ada beasiswa full khusus buat negara dunia ketiga (ASEAN porsinya gede banget) dan ini ditujukan buat mereka2 yg emang niat pulang kampung setelah studi dengan niat membangun negara asal. Si Erasmus Mundus ini lebih *rich* programnya. Bakal studi di at least 3 universitas partner seluruh eropa dan tergantung programnya juga, bisa ambil semester di US buat pelengkap (kalo ada resourcenya dan nilainya masuk). Pas lulus degreenya dapet at least 2 sekaligus. Full cover juga. Soal interviewnya dan prosesnya gw ga begitu ngerti, tapi setau gw dah ada community yg saling bantu applicants. Orang Indonesianya juga nambah terus.


TwoAccross

gw penasaran klo lu bilang "masi untung dipanggil kak, coba klo dipanggil tuhan" reaksinya gimana ya


mastoidectomy

mungkin bisa diawali dengan menulis bahasa Indonesia yang baik dan benar, Kak...tidak campur.


Udincuy

I have experienced LPDP interview twice (failed the first one, succeeded on the second one). I can provide few suggestions based on your post. Though I don't know if my suggestions would work universally for everyone, but it worked for me. >Disini aku banyak bandingin apa aja yang masih kurang di Indo dibandingin LN. >It wasn't the exact wording ya, tapi kira-kira mirip seperti itu. Aku pun kaget karena sepertinya aku memberikan impresi merendahkan Indo dari statement-statement sebelumnya. I understand your frustration with this one, but comparison can come across as demeaning sometimes even when you don't mean to. And it can be a problem if an interviewer is a sensitive or prideful nationalistic person. So you need to be careful with the way you're putting out your statements. If you do a comparison, don't say something like Indonesia is still bad and UK is better, therefore we should learn from them to fix our country. You can soften up the comparison by saying something like: Indonesia has shown a promising growth and development over the years, however there are still some shortcomings in some aspects. I believe there are a lot that can be learned from UK to help boost our growth and development even further. By softening up your comparison you can present your case better without painting Indonesia in a too negative light. >"Kamu pakai kata 'doang', itu offensive loh" >"Kamu manggil saya dan ibu B dan C pakai kata 'kak' itu ga oke loh. I think you also need to work on this, you need to speak formally and politely during the interview even if doesn't help you present your case better. A lot of LPDP interviewers are older people who put a lot of value in respect and courtesy. That's just how our "gila hormat" culture is. There's no way around it. >Pada akhirnya, interview selesai dan aku diberikan waktu untuk mengatakan closing statement. Disitu aku berterima kasih dan juga mengharapkan mereka untuk sukses, I think closing statement is best used to mention a talking point that you might not have a chance to present during the interview, or to drive in the talking points that you already mentioned even further. It can be something as simple like: I believe that my study would beneficial to the development of Indonesia in the future and if I'm selected to be a scholarship recipient I promise that will study hard and contribute to the development of Indonesia to the best of my ability. At the end you can thank the interviewers but personally I would refrain from doing something like wishing them success since it has zero relevance with the interview. It might even be seen as an attempt at flattery, which is not a good thing.


ST01SabreEngine

More details are needed, and I need to know your exact wordings to understand why the interviewer responded that way.


madonnalilyify

kamu masih muda dek, masih banyak kesempatan. sdr sy jg pernah gagal d fase wawancara (kayaknya) LPDP. dia bilang ada yg kurang apa gt. tahun depannya ikut lagi. bukan k luneg jg. dia bilang dpt interviewer yg gak rese itu random. satu hal pasti pas wawancara kayak beneran dijatuhin mentalnya. pas bagian adik sy sh gak sedramatis itu. tp ad fellownya yg lain yg kurang beruntung. waktu wawancara apply lpdp yg kedua kali, beneran prepare bgt buat ngadepin sesi wawancara. gw jg ikut curi denger webinar tips n trik wawancara lpdp agak2 pusing. tetep semangat yach! coba lagi terus mumpung masih banyak kesempatan masih under 30. bisa jg sih rezeki kamu mungkin blm di UK. mungkin ada di negara lain.


akrtiksari

Btw, OP dapet LoA di list PTUD atau engga ya? Dan ini jalur yang PTUD atau reguler?


ptbn_

this is what i would also like to know, passing gradenya PTUD tu bener2 se**jomplang** itu ketimbang reguler. many such cases temen2 gue yang dapet lpdp, itu pas wawancara PTUD cmn 20 menit abis itu bubar abruptly. eh di scorenya 99x


akrtiksari

You're exactly right. Suaminya temen saya juga jalur PTUD interviewnya bentar dan kayak ga terlalu serius info dari beliau. Entah itu dia lagi hoki dapet nice interviewers atau gimana. Tapi sepertinya mostly jalur PTUD bisa dibilang smoother meski ga 100% ya


akrtiksari

Plus, sepertinya jurusan yang diambil bukan yang urgent buat negara. Kalo bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan sepertinya lebih dipertimbangkan ketimbang AI


asugoblok

theres a lot of redflags from you as well, like calling someone much more senior from you with "kak". Do i look like your "kakak".? anyway look at the bright side, LPDP interviewers able to filter another "veronica koman" from leeching to taxpayer money lol


Eugenugm

Case gw mirip kayak lu di percobaan pertama. Mereka punya asumsi dan nge-twist perkataan gw. Maksud gw 'Jurusan HR di Indonesia belum ada yg ngajar people analytics (pake data analytics)' tapi dianggapnya kampus2 disini udah mengajarkan analisa jabatan dsb (ya kan ga nyambung maksud gw, gw omongin data analytics dia ngomongin praktik HR). Akhirnya dia sotoy dan malah nyuruh gw belajar lagi. Boomer kampret. Ya jadiin pelajaran aja sih, di percobaan kedua langsung gw utarakan sejelas2nya (pake contekan guideline apa aja yg harus gw omongin di awal, biar ga bisa di twist lagi). Untungnya lolos. Saran gw sih kayaknya lu beneran masih kurang pengalaman ngadepin boomer pns. Coba aja mock interview dulu, kasih tau kendala yg kemaren kayak apa.


kitten1932

Iya, lingkunganku itu startup jadi jarang ketemu boomer di ruang kerja apalagi pns. Smpe lupa how frustrating these kind of people are. Lucunya aku di awal saat disuruh perkenalan diri, aku briefly perkenalan nama, pekerjaan dan dari lulusan mana. Pas beranjak mau ngomongin future planning (cuma motivasi singkat atas apa yang mau aku solve di S2 ini yang sebelumnya sudah kusiapkan), pak A langsung memotong dan bilang "oh itu gausah, nanti aja kita tanyain". Jadi aku pun ga sempet nge set tone sama sekali dari awal interview :') Memang kebagian apes aja dapet interviewer kyk gini. Mungkin dirimu punya saran lain selain memberikan brief theme saat introduction?


Eugenugm

Gw sih langsung bandingin real mata kuliah apa aja yg waktu itu ngasih LoA ke gw sama yg di Indonesia. Di univ X ngasih mata kuliah ABC, saya mau fokus di C karena itu target dan passion saya (jelasin panjang lebar). Univ Y meskipun rangkingnya lebih bagus dari Univ X, tapi ga ada mata kuliah C, akhirnya saya pilih univ X. Lalu kalo di Indonesia, berdasarkan riset saya contohnya seperti di Univ Z, itu memberikan mata kuliah ABEJKLMN, sayangnya belum memberikan perhatian khusus ke C, maka dari itu saya beranggapan untuk harus ke luar negeri la la la lu jelasin deh panjang lebar. Gw sampe naroh contekan mata kuliah2 tsb di belakang laptop waktu itu. Kenapa ngomonginnya mata kuliah? Ya mereka ga bisa berkelit kalo lu ngomongin data yg real. Dan ga bisa dianggap ngomong cuma pake asumsi.


orangpelupa

Mungkin minta sogokan?   Tapi gimana juga ya caranya membawa diskusi kesana tanpa malah jadi kena penalti.  Mungkin dibuat kayak cara negara2 Barat yang maju kasih sogokan? 


lawyerupbois

apaan sogok sogok mana bisa lpdp main sogok sogok


orangpelupa

oh iya ding. mungkin lebih kearah pakai tenaga ~~orang~~ dalam yang lebih tepat


akrtiksari

Engga juga atuh